Selasa, 10 April 2012


Sejarah Pendidikan Indonesia
Setiap pemikir mempunyai definisi berbeda tentang makna filsafat karena pengertiannya yang begitu luas dan abstrak. Tetapi secara sederhana filsafat dapat dimaknai bersama sebagai suatu sistim nilai-nilai (systems of values) yang luhur yang dapat menjadi pegangan atau anutan setiap individu, atau keluarga, atau kelompok komunitas dan/atau masyarakat tertentu, atau pada gilirannya bangsa dan negara tertentu. Pendidikan sebagai upaya terorganisasi, terencana, sistimatis, untuk mentransmisikan kebudayaan dalam arti luas (ilmu pengetahuan, sikap, moral dan nilai-nilai hidup dan kehidupan, ketrampilan, dll.) dari suatu generasi ke generasi lain. Adapun visi, misi dan tujuannya yang ingin dicapai semuanya berlandaskan suatu filsafat tertentu. Bagi kita sebagai bangsa dalam suatu negara bangsa (nation state) yang merdeka, pendidikan kita niscaya dilandasi oleh filsafat hidup yang kita sepakati dan anut bersama.

Dalam sejarah panjang kita sejak pembentukan kita sebagai bangsa (nation formation) sampai kepada terbentuknya negara bangsa (state formation dan nation state) yang merdeka, pada setiap kurun zaman, pendidikan tidak dapat dilepaskan dari filsafat yang menjadi fondasi utama dari setiap bentuk pendidikan karena menyangkut sistem nilai-nilai (systems of values) yang memberi warna dan menjadi "semangat zaman" (zeitgeist) yang dianut oleh setiap individu, keluarga, anggota¬-anggota komunitas atau masyarakat tertentu, atau pada gilirannya bangsa dan negara nasional. Landasan filsafat ini hanya dapat dirunut melalui kajian sejarah, khususnya Sejarah Pendidikan Indonesia.

Sebagai komparasi, di negara-negara Eropa (dan Amerika) pada abad ke-19 dan ke-20 perhatian kepada Sejarah Pendidikan telah muncul dari dan digunakan untuk maksud-maksud lebih lanjut yang bermacam-macam, a.l. untuk membangkitkan kesadaran berbangsa, kesadaran akan kesatuan kebudayaan, pengembangan profesional guru-guru, atau untuk kebanggaan terhadap lembaga¬-lembaga dan tipe-tipe pendidikan tertentu. (Silver, 1985: 2266).

Substansi dan tekanan dalam Sejarah Pendidikan itu bermacam-macam tergantung kepada maksud dari kajian itu: mulai dari tradisi pemikiran dan para pemikir besar dalam pendidikan, tradisi nasional, sistim pendidikan beserta komponen-komponennya, sampai kepada pendidikan dalam hubungannya dengan sejumlah elemen problematis dalam perubahan sosial atau kestabilan, termasuk keagamaan, ilmu pengetahuan (sains), ekonomi, dan gerakan-gerakan sosial. Sehubungan dengan MI semua Sejarah Pendidikan erat kaitannya dengan sejarah intelektual dan sejarah sosial. (Silver, 1985: Talbot, 1972: 193-210)

Esensi dari pendidikan itu sendiri sebenarnya ialah pengalihan (transmisi) kebudayaan (ilmu pengetahuan, teknologi, ide-ide dan nilai-nilai spiritual serta (estetika) dari generasi yang lebih tua kepada generasi yang lebih muda dalam setiap masyarakat atau bangsa. Oleh sebab itu sejarah dari pendidikan mempunyai sejarah yang sama tuanya dengan masyarakat pelakunya sendiri, sejak dari pendidikan informal dalam keluarga batih, sampai kepada pendidikan formal dan non-formal dalam masyarakat agraris maupun industri.

Selama ini Sejarah Pendidikan masih menggunakan pendekatan lama atau "tradisional" yang umumnya diakronis yang kajiannya berpusat pada sejarah dari ide¬-ide dan pemikir-pemikir besar dalam pendidikan, atau sejarah dan sistem pendidikan dan lembaga-lembaga, atau sejarah perundang-undangan dan kebijakan umum dalam bidang pendidikan. (Silver, 1985: 2266) Pendekatan yang umumnya diakronis ini dianggap statis, sempit serta terlalu melihat ke dalam. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan dalam pendidikan beserta segala macam masalah yang timbul atau ditimbulkannya, penanganan serta pendekatan baru dalam Sejarah Pendidikan dirasakan sebagai kebutuhan yang mendesak oleh para sejarawan pendidikan kemudian. (Talbot, 1972: 206-207)

Para sejarawan, khususnya sejarawan pendidikan melihat hubungan timbal balik antara pendidikan dan masyarakat; antara penyelenggara pendidikan dengan pemerintah sebagai representasi bangsa dan negara yang merumuskan kebijakan (policy) umum bagi pendidikan nasional. Produk dari pendidikan menimbulkan mobilitas sosial (vertikal maupun horizontal); masalah-masalah yang timbul dalam pendidikan yang dampak-dampaknya (positif ataupun negatif) dirasakan terutama oleh masyarakat pemakai, misalnya, timbulnya golongan menengah yang menganggur karena jenis pendidikan tidak sesuai dengan pasar kerja; atau kesenjangan dalam pemerataan dan mutu pendidikan; pendidikan lanjutan yang hanya dapat dinikmati oleh anak-anak orang kaya dengan pendidikan terminal dari anak-¬anak yang orang tuanya tidak mampu; komersialisasi pendidikan dalam bentuk yayasan-yayasan dan sebagainya. Semuanya menuntut peningkatan metodologis penelitian dan penulisan sejarah yang lebih baik danipada sebelumnya untuk menangani semua masalah kependidikan ini.

Sehubungan dengan di atas pendekatan Sejarah Pendidikan baru tidak cukup dengan cara-cara diakronis saja. Perlu ada pendekatan metodologis yang baru yaitu a.l, interdisiplin. Dalam pendekatan interdisiplin dilakukan kombinasi pendekatan diakronis sejarah dengan sinkronis ilmu-ihmu sosial. Sekarang ini ilmu-ilmu sosial tertentu seperti antropologi, sosiologi, dan politik telah memasuki "perbatasan" (sejarah) pendidikan dengan "ilmu-ilmu terapan" yang disebut antropologi pendidikan, sosiologi pendidikan, dan politik pendidikan. Dalam pendekatan ini dimanfaatkan secara optimal dan maksimal hubungan dialogis "simbiose mutualistis" antara sejarah dengan ilmu-ilmu sosial.

Sejarah Pendidikan Indonesia dalam arti nasional termasuk relatif baru. Pada zaman pemerintahan kolonial telah juga menjadi perhatian yang diajarkan secara diakronis sejak dari sistem-sistem pendidikan zaman Hindu, Islam, Portugis, VOC, pemerintahan Hindia-Belanda abad ke-19. Kemudian dilanjutkan dengan pendidikan zaman Jepang dan setelah Indonesia merdeka model diakronis ini masih terus dilanjutkan sampai sekarang

Indonesia pernah mengalami masa penjajahan, baik yang pada masa penjajan Belanda maupun masa penjajahan Jepang. Sehingga, tidak mengherankan apabila pengaruhnya sangat kuat dalam segala bidang, baik di bidang politik, ekonomi, maupun militer.
Masa penjajahan ini juga berpengaruh sangat kuat terhadap sejarah pendidikan di Indonesia. Secara garis besar, sejarah pendidikan di Indonesia terbagi atas sistem pendidikan masa pra kemerdekaan, masa kemerdekaan, dan  masa pemerintahan Republik Indonesia.  
1.    Sistem pendidikan pra kemerdekaan
1.      Masa Pemerintahan Belanda

Pada masa ini, pendidikan terbagi menjadi dua, yaitu: pendidikan rendah, pendidikan menengah, pendidikan kejuruan, dan pendidikan tinggi. Tujuan pendidikan pada masa penjajahan Belanda lebih dititikberatkan kepada memenuhi kebutuhan pemerintah Belanda, yaitu tersedianya tenaga kerja murah untuk hegemoni penjajah dan untuk menyebarluaskan kebudayaan Barat.
2.      Masa Pemerintahan Jepang

Pada masa pendudukan Jepang, sistem pendidikan di Indonesia banyak mengalami perubahan. Beberapa sekolah diintegrasikan karena dihapuskannya system pendiikan berdasarkan bangsa maupun berdasarkan strata sosial tertentu.

Bahasa pengantar di semua sekolah menggunakan Bahasa Indonesia.Tujuan pendidikan lebih ditekankan kepada dihasilkannya tenaga buruh kasar secara gratis (cuma-cuma) dan praajurit-prajurit untuk keperluan peperangan Jepang.  
2.    Sistem Pendidikan Masa Kemerdekaan
Pada masa kemerdekaan, tujuan pendidikan adalah untuk mendidik menjadi warga negara yang sejati, bersedia menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk negara dan masyarakat.
1.      Periode 1945 – 1950
·         Pendidikan rendah (SR) selama enam tahun
·         Pendidikan menengah umum terdiri atas Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) lamanya masing-masing tiga tahun,
·         Pendidikan Kejuruan. Kejuruan Tingkat Pertama terdiri atas; Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP), Sekolah Teknik (ST), Sekolah Teknik Pertama (STP), Sekolah Kepandaian Pertama (SKP), Sekolah Guru B (SGB), Sekolah Guru Darurat untuk Kewajiban Belajar (KPKPKB). Sementara Kejuruan Tingkat Menengah terdiri atas; Sekolah Teknik Menengah (STM), Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA), Sekolah Pendidikan Masyarakat (SPM), Sekolah Menengah Kehakiman Atas (SMKA), Sekolah Guru A (SGA), Sekolah Guru Taman Kanak-Kanak (SGTK), Sekolah Guru Kepandaian Puteri (SGKP), Sekolah Guru Pendidikan Jasmani (SGPD).
·         Perguruan Tinggi. Perguruan Tinggi terdiri atas universitas, Konservatori/Karawitan, Kursus B-1, dan ASRI.
2.  Periode 1950 -1975
·         Pendidikan pra sekolah dan pendidikan dasar. Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD)
·         Pendidikan Menengah Umum. Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA)
·         Pendidikan Kejuruan. Tingkat pertama; SMEP, SKP, ST, SGB, KPKPKB, dan tingkat menengah; SMEA, SGA, SKMA, SGKP, SPMA, SPM, STM, dan SPIK.
·         Pendidikan Tinggi. Universitas, Institut Teknologi, Institut Pertanian, Institut Keguruan, Sekolah Tinggi, dan Akademi.
3. Periode 1978 – sekarang
·         Pendidikan pra sekolah (TK) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
·         Pendidikan dasar.
·         Sekolah Menengah umum, SMP (SLTP), dan SMA (SLTA/SMU)
·         Pendidikan Menengah Kejuruan. Tingkat Pertama; ST.SKKP. Tingkat Atas terdiri atas; Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
·         Pendidikan Tinggi. Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Akademi, Diploma, dan Politeknik.







RANGKUMAN SEJARAH PENDIDIKAN INDONESIA
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pengantar Ilmu Pendidikan”.
Dosen pengampu : Bapak Daryana



  

Disusun oleh:
Rosdiana Dwijayanti
10120310
Kelas IF

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI SEMARANG
2010
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik, namun semuanya merasakan bahwa pendidikan merupakan tugas negara yang sangat penting. Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia, tentu mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci, dan tanpa kunci itu usaha mereka akan gagal.
Di negara berkembang adopsi sistem pendidikan dari luar sering kali mengalami kesulitan untuk berkembang. Cara dan sistem pendidikan yang ada sering kali menjadi sasaran kritik dan kecaman karena seluruh daya guna sistem pendidikan tersebut diragukan. Generasi muda banyak yang memberontak terhadap metode-metode dan sistem pendidikan yang ada.
Tantangan dunia pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses demokratisasi belajar. Suatu proses pendemokrasian yang mencerminkan bahwa belajar adalah atas prakarsa anak. Salah satu prasyarat terwujudnya masyarakat belajar yang demokratis adalah adanya pengemasan pembelajaran yang beragam dengan cara menghapuskan penyeragaman kurikulum, strategi pembelajaran, bahan ajar dan evaluasi belajar.
Para pendidik perlu menyadari akan pentingnya pemahaman terhadap hakikat belajar dan pembelajaran. Terdapat berbagai teori yang menjadi pedoman para pengajar agar dapat mengarahkan siswanya untuk dapat belajar dengan hasil yang optimal.
Teori adalah interprestasi sistem atas sebuah bidang pengetahuan . Sebuah teori pembelajaran biasanya memiliki fungsi yang berbeda namun saling terkait dengan erat. Teori pembelajaran adalah pendekatan terhadap suatu bidang ilmu pengetahuan. Teori belajar berupaya untuk meringkas sekumpulan besar pengetahuan mengenai hukum-hukum pembelajaran ke dalam ruang yang cukup kecil. Pembelajaran secara kreatif berupaya menjelaskan apa itu pembelajaran dan mengapa pembelajaran berlangsung seperti adanya
Perilaku individu mencakup segala pernyataan hidup, betapa banyak kata yang harus dipergunakan untuk mendeskripsikannya. Untuk keperluan studi tentang perilaku kiranya perlu ada sistematika pengelompokan berdasarkan kerangka berfikir tertentu (taksonomi). Dalam konteks pendidikan, Bloom mengungkapkan tiga kawasan (domain) perilaku individu beserta sub kawasan dari masing-masing kawasan, yakni : (1) kawasan kognitif; (2) kawasan afektif; dan (3) kawasan psikomotor. Taksonomi perilaku di atas menjadi rujukan penting dalam proses pendidikan, terutama kaitannya dengan usaha dan hasil pendidikan. Segenap usaha pendidikan seyogyanya diarahkan untuk terjadinya perubahan perilaku peserta didik secara menyeluruh, dengan mencakup semua kawasan perilaku.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana teori belajar menurut Benjamin S. Bloom ?
2.      Apa saja kawasan taksonomi Bloom?
3.      Membahas mengenai apa saja kawasan taksonomi Bloom itu?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui teori belajar Bloom.
2.      Mengetahui pembagian kawasan taksonomi Bloom.
3.      Mengatahui serta memahami mengenai kawasan taksonomi Bloom.










BAB II
PEMBAHASAN

A.    TEORI BELAJAR MENURUT BLOOM
Taksonomi Bloom  merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1.      Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
2.      Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3.      Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.

B.     PEMBAGIAN KAWASAN TAKSONOMI BLOOM
1.    Kawasan Kognitif
Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama berupa adalah Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6)
Kawasan kognitif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar terdiri dari :
a.    Pengetahuan (knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Pengetahuan merupakan aspek kognitif yang paling rendah tetapi paling mendasar. Dengan pengetahuan individu dapat mengenal dan mengingat kembali suatu objek, ide prosedur, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, rumus, teori, atau kesimpulan. Dilihat dari objek yang diketahui (isi) pengetahuan dapat digolongkan sebagai berikut :
Ø  Mengetahui sesuatu secara khusus :
v Mengetahui terminologi yaitu berhubungan dengan mengenal atau mengingat kembali istilah atau konsep tertentu yang dinyatakan dalam bentuk simbol, baik berbentuk verbal maupun non verbal.
v Mengetahui fakta tertentu yaitu mengenal atau mengingat kembali tanggal, peristiwa, orang tempat, sumber informasi, kejadian masa lalu, kebudayaan masyarakat tertentu, dan ciri-ciri yang tampak dari keadaan alam tertentu.
Ø  Mengetahui tentang cara untuk memproses atau melakukan sesuatu:
v  Mengetahui kebiasaan atau cara mengetengahkan ide atau pengalaman
v  Mengetahui urutan dan kecenderungan yaitu proses, arah dan gerakan
suatu gejala atau fenomena pada waktu yang berkaitan.
v  Mengetahui penggolongan atau pengkategorisasian. Mengetahui kelas,
kelompok, perangkat atau susunan yang digunakan di dalam bidang
tertentu, atau memproses sesuatu.
v  Mengetahui kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi fakta,
prinsip, pendapat atau perlakuan.
v  Mengetahui metodologi, yaitu perangkat cara yang digunakan untuk
mencari, menemukan atau menyelesaikan masalah.
v  Mengetahui hal-hal yang universal dan abstrak dalam bidang tertentu,
yaitu ide, bagan dan pola yang digunakan untuk mengorganisasi suatu
fenomena atau pikiran.
v  Mengetahui prinsip dan generalisasi
v  Mengetahui teori dan struktur.
v   
b.     Pemahaman (comprehension)
Pemahaman atau dapat dijuga disebut dengan istilah mengerti merupakan kegiatan mental intelektual yang mengorganisasikan materi yang telah diketahui. Temuan temuan yang didapat dari mengetahui seperti definisi, informasi, peristiwa, fakta disusun kembali dalam struktur kognitif yang ada. Temuan-temuan ini diakomodasikan dan kemudian berasimilasi dengan struktur kognitif yang ada, sehingga membentuk struktur kognitif baru. Tingkatan dalam pemahaman ini meliputi :
Ø  Translasi yaitu mengubah simbol tertentu menjadi simbol lain tanpa perubahan makna. Misalkan simbol dalam bentuk kata-kata diubah menjadi gambar, bagan atau grafik;
Ø  Interpretasi yaitu menjelaskan makna yang terdapat dalam simbol, baik dalam bentuk simbol verbal maupun non verbal. Seseorang dapat dikatakan telah dapat menginterpretasikan tentang suatu konsep atau prinsip tertentu jika dia telah mampu membedakan, memperbandingkan atau mempertentangkannya dengan sesuatu yang lain. Contoh sesesorang dapat dikatakan telah mengerti konsep tentang “motivasi kerja” dan dia telah dapat membedakannya dengan konsep tentang ”motivasi belajar”;
Ø  Ekstrapolasi; yaitu melihat kecenderungan, arah atau kelanjutan dari suatu temuan. Misalnya, kepada siswa dihadapkan rangkaian bilangan 2, 3, 5, 7, 11, dengan kemapuan ekstrapolasinya tentu dia akan mengatakan bilangan ke-6 adalah 13 dan ke-7 adalah 19. Untuk bisa seperti itu, terlebih dahulu dicari prinsip apa yang bekerja diantara kelima bilangan itu. Jika ditemukan bahwa kelima bilangan tersebut adalah urutan bilangan prima, maka kelanjutannnya dapat dinyatakan berdasarkan prinsip tersebut.
c.     Penerapan (application)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja. Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.  Seseorang dikatakan menguasai kemampuan ini jika ia dapat memberi contoh, menggunakan, mengklasifikasikan, memanfaatkan, menyelesaikan dan mengidentifikasi hal-hal yang sama. Contoh, dulu ketika pertama kali diperkenalkan kereta api kepada petani di Amerika, mereka berusaha untuk member nama yang cocok bagi alat angkutan tersebut. Satu-satunya alat transportasi yang sudah dikenal pada waktu itu adalah kuda. Bagi mereka, ingat kuda ingat transportasi. Dengan pemahaman demikian, maka mereka memberi nama pada kereta api tersebut dengan iron horse (kuda besi). Hal ini menunjukkan bagaimana mereka menerapkan konsep terhadap sebuah temuan baru.
d.    Analisa
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg rumit.
Menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan hubungan antar bagian tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu peristiwa atau memberi argumen-argumen yang menyokong suatu pernyataan. Secara rinci Bloom mengemukakan tiga jenis kemampuan analisis, yaitu :
Ø  Menganalisis unsur :
v  Kemampuan melihat asumsi-asumsi yang tidak dinyatakan secara eksplisit pada suatu pernyataan.
v  Kemampuan untuk membedakan fakta dengan hipotesa.
v  Kemampuan untuk membedakan pernyataan faktual dengan pernyataan normatif.
v  Kemampuan untuk mengidentifikasi motif-motif dan membedakan mekanisme perilaku antara individu dan kelompok.
v  Kemampuan untuk memisahkan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang mendukungnya.
Ø  Menganalisis hubungan :
v  Kemampuan untuk melihat secara komprehensif interrelasi antar ide dengan ide.
v  Kemampuan untuk mengenal unsur-unsur khusus yang membenarkan suatu pernyataan.
v  Kemampuan untuk mengenal fakta atau asumsi yang esensial yang mendasari suatu pendapat atau tesis atau argumen-argumen yang mendukungnya.
v  Kemampuan untuk memastikan konsistensinya hipotesis dengan informasi atau asumsi yang ada.
v  Kemampuan untuk menganalisis hubungan di antara pernyataan dan argumen guna membedakan mana pernyataan yang relevan mana yang tidak.
v  Kemampuan untuk mendeteksi hal-hal yang tidak logis di dalam suatu argumen.
v    Kemampuan untuk mengenal hubungan kausal dan unsur-unsur yang penting dan yang tidak penting di dalam perhitungan historis.


Ø  Menganalisis prinsip-prinsip organisasi :
v  Kemampuan untuk menguraikan antara bahan dan alat
v  Kemampuan untuk mengenal bentuk dan pola karya seni dalam rangka memahami maknanya
v  Kemampuan untuk mengetahui maksud dari pengarang suatu karya tulis, sudut pandang atau ciri berfikirnya dan perasaan yang dapat diperoleh dalam karyanya.
v  Kemampuan untuk melihat teknik yang digunakan dalam meyusun suatu materi yang bersifat persuasif seperti advertensi dan propaganda
e.     Memadukan (synthesis)
Satu tingkat di atas analisis, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan.
Menggabungkan, meramu, atau merangkai berbagai informasi menjadi satu kesimpulan atau menjadi suatu hal yang baru. Kemampuan berfikir induktif dan konvergen merupakan cirri kemampuan ini. Contoh: memilih nada dan irama dan kemudian manggabungkannya sehingga menjadi gubahan musik yang baru, memberi nama yang sesuai bagi suatu temuan baru, menciptakan logo organisasi
f.       Penilaian (evaluation)
Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yg ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.
Mempertimbangkan, menilai dan mengambil keputusan benar-salah, baik-buruk, atau bermanfaat tak bermanfaat berdasarkan kriteria-kriteria tertentu baik kualitatif maupun kuantitatif. Terdapat dua kriteria pembenaran yang digunakan, yaitu :
o   Pembenaran berdasarkan kriteria internal; yang dilakukan dengan memperhatikan konsistensi atau kecermatan susunan secara logis unsur-unsur yang ada di dalam objek yang diamati.
o   Pembenaran berdasarkan kriteria eksternal; yang dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria yang bersumber di luar objek yang diamati., misalnya kesesuaiannya dengan aspirasi umum atau kecocokannya dengan kebutuhan pemakai.



KOGNITIF
No
Perilaku
Kompetensi
Kata Operasional
1.
Pengetahuan
  • Mengetahui
-  Istilah
- Fakta
- Aturan
- Urutan
- Metode
  1. Mengidentifikasi
  2. Menyebutkan
  3. Menunjukkan
  4. Memberi nama
  5. Menyusun daftar
  6. Menggaris bawahi
  7. Menjodohkan
  8. Memilih
  9. Memberi definisi
  10. Menyatakan
2.
Pemahaman
  • Menterjemahkan
  • Menafsirkan
  • Memperkirakan
  • Menentukan
  • Memahami
  • Mengartikan
  1. Menggantikan
  2. Menarik kesimpulan
  3. Meringkas
  4. Mengembangkan
  5. Membuktikan
3.
Penerapan
  • Memecahkan masalah
  • Membuat bagan
  • Menggunakan
  1. Mendemonstrasikan
  2. Menghitung
  3. Menghubungkan
  4. Memperhitungkan
  5. Membuktikan
  6. Menghasilkan
  7. Menunjukkan
  8. Melengkapi
  9. Menyediakan
  10. Menyesuaikan
  11. Menemukan
4.
Analisa
  • Mengenali kesalahan
  • Membedakan
  • Menganalisa
  1. Memisahkan
  2. Menerima
  3. Menyisihkan
  4. Menghubungkan
  5. Memilih
  6. Membandingkan
  7. Mempertentangkan
  8. Membagi
  9. Membuat diagram/skema
  10. Menunjukkan hubungan
5.
Sintesa
  • Menghasilkan
  • Menyusun





  1. Mengkatagorikan
  2. Menyimpulkan
  3. Mengarang
  4. Menciptakan
  5. Mendesain
  6. Mengatur
  7. Menyusun kembali
  8. Merangkaikan
  9. Menghubungkan
  10. Merancangkan
  11. Membuat pola
6.
Evaluasi
  • Menilai berdasarkan norma internal
  • Menilai berdasarkan norma eksternal
  • Mempertimbangkan
  1. Membandingkan
  2. Menyimpulkan
  3. Mengkritik
  4. Mengevaluasi
  5. Memberikan argumentasi
  6. Menafsirkan
  7. Membahas
  8. Menyimpulkan
  9. Memilih antara
  10. Menguraikan
  11. Membedakan
  12. Melukiskan
  13. Mendukung
  14. Menyokong
  15. Menolak


2.      Kawasan Afektif
Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol.
Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, terdiri dari :
a.    Penerimaan (receiving/attending)
Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.
Kawasan penerimaan diperinci ke dalam tiga tahap, yaitu :
Ø Kesiapan untuk menerima (awareness), yaitu adanya kesiapan untuk berinteraksi dengan stimulus (fenomena atau objek yang akan dipelajari), yang ditandai dengan kehadiran dan usaha untuk memberi perhatian pada stimulus yang bersangkutan.
Ø Kemauan untuk menerima (willingness to receive), yaitu usaha untuk mengalokasikan perhatian pada stimulus yang bersangkutan.
Ø Mengkhususkan perhatian (controlled or selected attention). Mungkin perhatian itu hanya tertuju pada warna, suara atau kata-kata tertentu saja.
b.      Sambutan/Tanggapan (responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan. Mengadakan aksi terhadap stimulus, yang meliputi proses sebagai berikut :
v  Kesiapan menanggapi (acquiescene of responding). Contoh : mengajukan pertanyaan, menempelkan gambar dari tokoh yang disenangi pada tembok kamar yang bersangkutan, atau mentaati peraturan lalu lintas.
v  Kemauan menanggapi (willingness to respond), yaitu usaha untuk melihat hal-hal khusus di dalam bagian yang diperhatikan. Misalnya pada desain atau warna saja.
v  Kepuasan menanggapi (satisfaction in response), yaitu adanya aksi atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk memuaskan keinginan mengetahui. Contoh kegiatan yang tampak dari kepuasan menanggapi ini adalah bertanya, membuat coretan atau gambar, memotret dari objek yang menjadi pusat perhatiannya, dan sebagainya.
c.        Penghargaan (valuing)
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
Pada tahap ini sudah mulai timbul proses internalisasi untuk memiliki dan menghayati nilai dari stimulus yang dihadapi. Penilaian terbagi atas empat tahap sebagai berikut :
v  Menerima nilai (acceptance of value), yaitu kelanjutan dari usaha memuaskan diri untuk menanggapi secara lebih intensif.
v  Menyeleksi nilai yang lebih disenangi (preference for a value) yang dinyatakan dalam usaha untuk mencari contoh yang dapat memuaskan perilaku menikmati, misalnya lukisan yang memiliki yang memuaskan.
v  Komitmen yaitu kesetujuan terhadap suatu nilai dengan alasan-alasan tertentu yang muncul dari rangkaian pengalaman.
v  Komitmen ini dinyatakan dengan rasa senang, kagum, terpesona. Kagum atas keberanian seseorang, menunjukkan komitmen terhadap nilai keberanian yang dihargainya.
d.    Pengorganisasian (organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
Pada tahap ini yang bersangkutan tidak hanya menginternalisasi satu nilai tertentu seperti pada tahap komitmen, tetapi mulai melihat beberapa nilai yang relevan untuk disusun menjadi satu sistem nilai. Proses ini terjadi dalam dua tahapan, yakni :
      Konseptualisasi nilai, yaitu keinginan untuk menilai hasil karya orang lain, atau menemukan asumsi-asumsi yang mendasari suatu moral atau kebiasaan.
      Pengorganisasian sistem nilai, yaitu menyusun perangkat nilai dalam suatu sistem berdasarkan tingkat preferensinya. Dalam sistem nilai ini yang bersangkutan menempatkan nilai yang paling disukai pada tingkat yang amat penting, menyusul kemudian nilai yang dirasakan agak penting, dan seterusnya menurut urutan kepentingan atau kesenangan dari diri yang bersangkutan.


e.     Karakterisasi (characterization)
Karakterisasi yaitu kemampuan untuk menghayati atau mempribadikan sistem nilai. Kalau pada tahap pengorganisasian di atas sistem nilai sudah dapat disusun, maka susunan itu belum konsisten di dalam diri yang bersangkutan. Artinya mudah berubah-ubah sesuai situasi yang dihadapi. Pada tahap karakterisasi, sistem itu selalu konsisten. Proses ini terdiri atas dua tahap, yaitu :
      Generalisasi, yaitu kemampuan untuk melihat suatu masalah dari suatu sudut pandang tertentu.
      Karakterisasi, yaitu mengembangkan pandangan hidup tertentu yang memberi corak tersendiri pada kepribadian diri yang bersangkutan.

AFEKTIF

Kategori


Contoh dan Kata Kunci (kata kerja)


Penerimaan : Kesadaran, kesediaan untuk mendengar, perhatian yang dipilih.
Contoh: Dengarkan orang lain dengan hormat. Mendengarkan dan mengingat nama orang yang baru diperkenalkan.
Kata Kunci: bertanya, memilih, melukiskan, mengikuti, memberi, memegang, mengidentifikasi, menempatkan, nama, menunjuk, memilih, duduk, erects, menjawab, menggunakan.

Tanggapan : partisipasi aktif dari pihak peserta didik. Menghadiri dan bereaksi terhadap fenomena tertentu. Hasil pembelajaran dapat menekankan kepatuhan dalam menanggapi, kemauan untuk merespon, atau kepuasan dalam menanggapi (motivasi).


Contoh: berpartisipasi dalam diskusi kelas. Memberikan presentasi. Pertanyaan cita-cita baru, konsep, model, dll dalam rangka untuk memahami mereka. Tahu aturan keselamatan dan praktek mereka.

Kata kunci: jawaban, membantu, membantu, sesuai, sesuai, mendiskusikan, salam, membantu, label, melakukan, praktek, hadiah, membaca, mengucapkan, laporan, memilih, mengatakan, menulis.

Penghargaan: Orang layak atau nilai melekat pada fenomena, objek tertentu, atau perilaku. Hal ini berkisar dari penerimaan sederhana ke keadaan yang lebih kompleks komitmen. Menghargai didasarkan pada internalisasi dari seperangkat nilai-nilai tertentu, sedangkan petunjuk untuk nilai-nilai ini dinyatakan dalam perilaku terbuka pembelajar dan sering diidentifikasi.


Contoh: Menunjukkan kepercayaan dalam proses demokrasi. Sensitif terhadap individu dan perbedaan budaya (nilai keragaman). Menunjukkan kemampuan untuk memecahkan masalah. Mengusulkan rencana untuk perbaikan sosial dan mengikuti melalui dengan komitmen. Memberitahu manajemen mengenai hal-hal yang satu merasa kuat tentang.
Kata Kunci: selesai, menunjukkan, membedakan, menjelaskan, mengikuti, bentuk, memulai, mengundang, bergabung, membenarkan, mengusulkan, membaca, laporan, memilih, saham, penelitian, karya.
Organisasi: Menyusun nilai-nilai ke dalam prioritas oleh kontras nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik antara mereka, dan menciptakan sistem nilai yang unik. Penekanannya adalah pada membandingkan, berhubungan, dan sintesis nilai-nilai.
Contoh: Mengakui perlunya keseimbangan antara kebebasan dan perilaku yang bertanggung jawab. Menerima tanggung jawab atas perilaku seseorang. Menjelaskan peran perencanaan sistematis dalam memecahkan masalah. Menerima standar etika profesional. Membuat rencana hidup selaras dengan kemampuan, minat, dan keyakinan. Memprioritaskan waktu secara efektif untuk memenuhi kebutuhan organisasi, keluarga, dan diri.
Kata Kunci: melekat, mengubah, mengatur, mengkombinasikan, membandingkan, melengkapi, mempertahankan, menjelaskan, merumuskan, generalizes, mengidentifikasi, menggabungkan, memodifikasi, perintah, mengorganisir, mempersiapkan, berhubungan, mensintesis.

3.Kawasan Psikomotor
Kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari :
a.      Persepsi (Perception)
Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.
b.      Kesiapan (Set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan. Kesiapan yaitu berhubungan dengan kesediaan untuk melatih diri tentang keterampilan tertentu yang dinyatakan dengan usaha untuk melaporkan kehadirannya, mempersiapkan alat, menyesuaikan diri dengan situasi, menjawab pertanyaan.
c.        Respon Terpimpin (Guided Response)
Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba. Meniru adalah kemampuan untuk melakukan sesuai dengan contoh yang diamatinya walaupun belum mengerti hakikat atau makna dari keterampilan itu. Seperti anak yang baru belajar bahasa meniru kata-kata orang tanpa mengerti artinya.
d.      Mekanisme (Mechanism)
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap. Membiasakan yaitu seseorang dapat melakukan suatu keterampilan tanpa harus melihat contoh, sekalipun ia belum dapat mengubah polanya.
e.       Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.


f.       Penyesuaian (Adaptation)
Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi. Adaptasi yaitu seseorang sudah mampu melakukan modifikasi untuk disesuaikan dengan kebutuhan atau situasi tempat keterampilan itu dilaksanakan. Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.
g. Penciptaan (Origination)
Menciptakan (origination) di mana seseorang sudah mampu menciptakan sendiri suatu karya. Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu.
Sementara itu, Abin Syamsuddin Makmun (2003) merinci sub kawasan ini dengan tahapan yang berbeda, yaitu :
a.              Gerakan refleks (reflex movements). Basis semua perilaku bergerak atau respons terhadap stimulus tanpa sadar, misalnya : melompat, menunduk, berjalan, dan sebagainya.
b.              Gerakan dasar biasa (Basic fundamental movements) yaitu gerakan yang muncul tanpa latihan tapi dapat diperhalus melalui praktik, yang terpola dan dapat ditebak.
c.              Gerakan Persepsi (Perceptual abilities) yaitu gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu kemampuan perceptual
d.             Gerakan fisik (Physical Abilities) yaitu gerakan yang menunjukkan daya tahan (endurance), kekuatan (strength), kelenturan (flexibility) dan kegesitan.
e.              Gerakan terampil (skilled movements) yaitu dapat mengontrol berbagai tingkatan gerak secara terampil, tangkas, dan cekatan dalam melakukan gerakan yang sulit dan rumit (kompleks).
f.               Gerakan indah dan kreatif (Non-discursive communication) yaitu
mengkomunikasikan perasan melalui gerakan, baik dalam bentuk gerak estetik: gerakan-gerakan terampil yang efisien dan indah maupun gerak kreatif: gerakan-gerakan pada tingkat tertinggi untuk mengkomunikasikan peran.




PSIKOMOTORIK

Kategori

Contoh dan Kata Kunci (kata kerja)


Persepsi: Kemampuan untuk menggunakan isyarat-isyarat sensoris untuk memandu aktivitas motorik. Hal ini berkisar dari rangsangan indra, melalui seleksi isyarat, terjemahan.
Contoh: Mendeteksi isyarat non-verbal komunikasi. Perkirakan dimana bola akan mendarat setelah dilemparkan dan kemudian pindah ke lokasi yang benar untuk menangkap bola. Mengatur panas kompor ke suhu yang benar dengan bau dan rasa makanan. Menyesuaikan tinggi dari pada garpu forklift dengan membandingkan mana garpu dalam kaitannya dengan palet.
Kata Kunci: memilih, melukiskan, mendeteksi, membedakan, membedakan, mengidentifikasi, mengisolasi, berhubungan, memilih.

Set: Kesiapan untuk bertindak. Ini mencakup mental, fisik, dan emosional set. Ketiga set adalah disposisi yang mentakdirkan seseorang terhadap situasi yang berbeda (kadang disebut pola pikir).
Contoh: Tahu dan bertindak atas urutan langkah-langkah dalam proses manufaktur. Kenali kemampuan seseorang dan keterbatasan. Menunjukkan keinginan untuk mempelajari proses baru (motivasi). CATATAN: Ini pembagian psikomotorik berkaitan erat dengan pembagian "Menanggapi fenomena" dari domain afektif.
Kata Kunci: dimulai, menampilkan, menjelaskan, bergerak, hasil, bereaksi, menunjukkan, menyatakan, relawan.

Respon Terpimpin: Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks yang mencakup peniruan dan trial and error. Kecukupan kinerja dicapai dengan berlatih.
Contoh: Melakukan persamaan matematika seperti yang ditunjukkan. Mengikuti instruksi untuk membangun sebuah model. Merespon tangan-sinyal dari instruktur saat belajar mengoperasikan forklift.
Kata kunci: kopi, jejak, mengikuti, bereaksi, memperbanyak, merespon

Mekanisme: Ini adalah tahap peralihan dalam mempelajari keterampilan yang kompleks. Tanggapan belajar telah menjadi kebiasaan dan gerakan dapat dilakukan dengan beberapa keyakinan dan kemampuan.
Contoh: Gunakan komputer pribadi. Memperbaiki keran bocor. Mengendarai mobil.
Kata kunci: merakit, calibrates, konstruksi, membongkar, menampilkan, mengikatkan, perbaikan, grinds, memanaskan, memanipulasi, ukuran, mends, Mixes, mengorganisasikan, sketsa.

Adaptasi: Keterampilan yang dikembangkan dengan baik dan individu dapat memodifikasi pola pergerakan sesuai persyaratan khusus.
Contoh: Tanggap efektif untuk pengalaman tak terduga. Memodifikasi instruksi untuk memenuhi kebutuhan peserta didik. Melakukan tugas dengan mesin yang awalnya bukan dimaksudkan untuk melakukan (mesin tidak rusak dan tidak ada bahaya dalam melaksanakan tugas baru).
Kata kunci: menyesuaikan, mengubah, perubahan, menata kembali, mereorganisasi, merevisi, bervariasi.

Kompleks terbuka Respon: kinerja yang terampil motor tindakan yang melibatkan pola gerakan yang kompleks. Kemahiran itu ditunjukkan dengan kinerja cepat, akurat, dan sangat terkoordinasi, membutuhkan minimal energi. Kategori ini termasuk melakukan tanpa ragu-ragu, dan otomatis kinerja. Sebagai contoh, pemain sering mengucapkan bunyi kepuasan atau expletives segera setelah mereka memukul bola tenis atau melempar bola, karena mereka bisa tahu dari merasakan tindakan apa hasilnya akan menghasilkan.
Contoh: manuver mobil menjadi tempat parkir paralel ketat. Mengoperasikan komputer dengan cepat dan akurat. Menampilkan kompetensi saat bermain piano.
Kata kunci: merakit, membangun, calibrates, konstruksi, membongkar, menampilkan, mengikatkan, perbaikan, grinds, memanaskan, memanipulasi, ukuran, mends, Mixes, mengorganisasikan, sketsa.
CATATAN: Kunci Kata-kata adalah sama Mekanisme, melainkan ia akan mempunyai kata keterangan atau kata sifat yang menunjukkan bahwa kinerja yang lebih cepat, lebih baik, lebih akurat, dll

Origination: Membuat pola gerakan baru agar sesuai situasi tertentu atau masalah tertentu. Hasil pembelajaran menekankan kreativitas berdasarkan keterampilan yang sangat dikembangkan.
Contoh: membangun sebuah teori baru. Mengembangkan program pelatihan baru dan komprehensif. Menciptakan rutinitas senam baru.
Kata Kunci: menyusun, membangun, menggabungkan, composes, konstruksi, menciptakan, desain, memulai, membuat, berasal.


C. Langkah – langkah teori belajar Benjamin S. Bloom
a. Informasi kompetensi.
b. Sajian gambaran umum materi bahan ajar.
c. Membagi tugas pembahasan materi untuk tiap kelompok.
d. Menunjuk siswa untuk mendemonstrasikan bagiannya.
e. Diskusi kelas.
f. Menyimpulkan hasil diskusi.
g. Evaluasi
h. Refleksi.
D. Kelebihan teori  Benjamin S. Bloom .
a. Perhatian siswa lebih dapat dipusatkan pada pelajaran yang sedang diberikan.
b. Kesalahan-kesalahan yang terjadi apabila pelajaran diceramahkan dapat diatasi melalui pengamatan dan contoh konkrit, dengan menghadirkan objek sebenarnya.
c. Konsep yang diterima siswa lebih mendalam sehingga lebih lama dalam jiwanya.
d. Memberikan motivasi yang kuat pada siswa agar lebih giat belajar karena siswa dilibatkan dengan pelajaran.
e. Siswa dapat berpartisifasi aktif dan memperoleh pengalaman langsung sert


 
dapat memperoleh kecakapan.
f. Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karena ikut serta berperan secara langsung.
E.  Kelemahan teori Benjamin S.Bloom
{  Akan kurang berhasil apabila alat-alat yang tersedia tidak mencukupi
kebutuhan siswa.
{   Kemungkinan tidak membawa hasil yang diharapkan bila siswa belaum
cukup pengalarnan.
{  Kadang-kadang ada eksperimen yang memerlukan waktu panjang sehingga
tidk praktis dilaksanakan di sekolah, lebih merugikan lagi bila untuk dapat
melanjutkan pelajaran menunggu hasil eksperimen.
{  Memerlukan waktu yang cukup banyak.
{   Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang
efisien.
{   Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahan-
bahannya.
{   Memerlukan tenaga yang tidak sedikit.
{   Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstran menjadi tidak efektif.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pembagian Taksonomi Bloom sebagai berikut :
1.      Kawasan Kognitif terdiri dari :
a)      Pengetahuan (knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb
b)      Pemahaman (comprehension)
Pemahaman atau dapat dijuga disebut dengan istilah mengerti merupakan kegiatan mental intelektual yang mengorganisasikan materi yang telah diketahui.
c)      Penerapan (application)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja.
d)     Analisa (analysis)
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg rumit.
e)      Memadukan (synthesis)
Menggabungkan, meramu, atau merangkai berbagai informasi menjadi satu kesimpulan atau menjadi suatu hal yang baru. Kemampuan berfikir induktif dan konvergen merupakan cirri kemampuan ini.
f)       Penilaian (evaluation)
Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yg ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.
2.      Kawasan Afektif terdiri dari :
a.       Penerimaan (receiving/attending)
Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya.
b.      Sambutan (responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya.
c.        Penghargaan (valuing)
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku.
d.      Pengorganisasian (organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
e.       Karakterisasi (characterization)
Karakterisasi yaitu kemampuan untuk menghayati atau mempribadikan sistem nilai. Artinya mudah berubah-ubah sesuai situasi yang dihadapi.
3.      Kawasan Psikomotor terdiri dari
a.       Persepsi (Perception)
Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan
b.      Kesiapan
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
c.       Respon Terpimpin
Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba
d.      Mekanisme
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.
e.       Respon Tampak yang Kompleks
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.
f.       Penyesuaian
Adaptasi yaitu seseorang sudah mampu melakukan modifikasi untuk disesuaikan dengan kebutuhan atau situasi tempat keterampilan itu dilaksanakan.
g.      Penciptaan
Menciptakan (origination) di mana seseorang sudah mampu menciptakan sendiri suatu karya. Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu.
Taksonomi Bloom, seperti yang telah dijabarkan di atas, berhasil memberikan inspirasi kepada banyak pakar lain untuk mengembangkan teori-teori belajar dan pembelajaran. berdasarkan beberapa taksonomi belajar, mungkin taksonomi Bloom inilah yang paling populer (setidaknya di Indonesia)
Selain itu, teori ini juga banyak dijadikan pedoman untuk membuat butir-butir soal ujian, bahkan oleh orang-orang yang mengkritik taksonomi tersebut.

B.     Saran

1.      Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran, pendidik harus mengetahui lebih banyak tentang teori belajar.
2.      Memperbanyak membaca buku tengtang teori belajar.












DAFTAR PUSTAKA

Hermawan, Hendy.2007. TEORI BELAJAR dan MOTIVASI. Bandung: CV Cipta Praya.