Rabu, 27 Februari 2013

ukuran gejala pusat statistik 1


UKURAN GEJALA PUSAT
Beberapa ukuran dari gejala pusat adalah : rata – rata atau rata – rata hitung , rata – rata   ukur , rata – rata harmonik  dan modus .
A.   Rata – rata atau rata – rata hitung
1.    Rata – rata hitung data tunggal
Nilai – nilai data kuantitatif akan dinyatakan dengan  apabila dalam kumpulan data itu terdapat n buah nilai . simbol n juga akan dipakai untuk menyatakan ukuran sampel . yakni banyak data atau obyek yang diteliti dalam sampel. Symbol N dipakai untuk menyatakan ukuran populasi , yakni banyak anggota terdapat dalam populasi . jika ada lima nilai ujian dari lima orang mahasiswa untuk mata kuliah statistika berbentuk : 70 , 69 , 45 , 80 dan 56. maka dalam symbol ditulis : X1 = 70  X2 = 69,  X3 = 45 , X4 = 80 , X5 = 56. Dalam hal ini n = 5 maka yang menyatakan sebuah sampel berukuran 5.
Rata – rata hitung untuk data kuantitatif yang terdapat dalam sebuah sampel dihitung dengan jalan membegi jumlah nilai data oleh banyak data . symbol rata – rata untuk sampel ialah  ( baca : eks garis/ eks bar ) sedangkan rata – rata untuk populasi dipakai symbol μ    (baca : mu ). Jadi   adalah statistik dan μ adalah parameter untuk menyatakan rata – rata . rumus untuk    adalah :
                            
Untuk kelima nilai ujian diatas , nilai rata – ratanya adalah :
 x̅ = 70 + 69 + 45 + 80 + 56 =  64 .
                n   
2.     Rata – rata kelompok
Xi
fi
70
5
69
6
45
3
80
1
56
1
 Jika ada  lima mahasiswa mendapat nilai 70 , enam mendapat nilai 69 , tiga mendapat nilai 45 dan masing – masing seorang mendapat nilai 80 dan 56 , maka lebih baik data itu ditulis sebagai berikut :



 xi : menyatakan nilai ujian dan
 fi : menyatakan frekuensi untuk nilai xi yang bersesuaian .
 misal : f1 = 5 untuk x1 = 70 , f2 = 6 , untuk x2 = 69
 dan seterusnya . untuk data berbentuk demikian , rumus rata – ratanya adalah :
Ialah  hasil kali antara frekuensi dan nilai data dibagi oleh jumlah frekuensi . untuk contoh diatas dianjurkan dibuat tabel penolong seperti sebagai berikut :
Xi
fi
fi . xi
70
5
350
69
6
414
45
3
135
80
1
80
56
1
56
Jumlah
16
1035
Dari tabel diatas , didapat :   = 16 dan   = 1035 .
Sehingga         atau
 x̅ = 1035   = 64, 6
         6
Nilai rata – rata ujian statistika untuk ke – 16 mahasiswa itu adalah 64,6 .
3.      Rata – rata gabungan .
Rumus IV ( 2) disebut pula rumus rata – rata diboboti yang sering dipakai untuk memperbaiki rata – rata yang dihitung oleh rumus IV ( 1 )




Contoh :  
Data berikut merupakan daftar barang yang disimpan digudang , diantaranya terdapat yang rusak .
Barang
Disimpan
Rusak
%
A
100
96
96
B
200
92
46
C
160
80
50
D
80
60
75
Jumlah
540
328
267

Jika rata – rata mengenai persen barang yang rusak dihitung dengan rumus IV ( 1 ), maka :
x̅ = 96 + 46 + 50 + 75 %   = 66, 75 %
                      4
Tetapi barang yang rusak ada 328 dari 540 . ini berarti 328    x 100 % = 60, 07 %. Hasil ini                                                                                                                                              540                                                                                   540
 didapat  Dengan menggunakan rumus IV ( 2 ) seperti dalam daftar berikut .
Xi ( % )
Fi
fi. Xi
96
100
96
46
200
92
75
160
80
75
80
60
Jumlah
540
328

Dalam tabel diatas ini , xi = persen yang rusak , fi = banyak barang . dari tabel dan rumus IV       ( 2 ) didapat :
 x 100 %
= 328   x  100 %
   540                    
= 60, 07 % .
Jadi , rata – rata terdapat 60 , 07 % barang yang rusak .
Selanjutnya kita juga dapat menentukan rata – rata gabungan , yaitu rata – rata dari beberapa sub sampel masing – masing dengan keadaan berikut :

Sub sampel 1 : berukuran n1 , dengan rata – rata     
Sub sampel 2 : berukuran n2 , dengan rata – rata 
………………………………………………………………………………..
Sub sampel k : berukuran  nk dengan rata – rata  x̅k
Maka rata – rata gabungan dari k buah sub sampel itu dihitung dengan :
Contoh :
tiga sub sampel masing – masing berukuran 10,6  dan 8 sedangkan rata – ratanya   masing – masing 145 , 118 , dan 162 . adalah salah jika rata – rata gabungan dihitung dengan rumus IV   ( 1 ) , ialah :
x̅ = 145 + 118 + 162   =  141 , 7
                    3
Yang benar , harus dihitung dengan rumus  IV ( 3 ) , ialah :
x̅ =  ( 10 ) + ( 145 ) + ( 6 ) + ( 118 ) + ( 8 ) + ( 162 )   =  143,9 .
                                      10 + 6 + 8
Untuk data yang telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi , rata – ratanya dihitung dengan rumus IV ( 2 ) , ialah :
                     IV ( 4 ) ………………………………. 
Hanya disini  Xi = tanda kelas interval dan fi = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas  Xi
Contoh :
marilah kita hitung rata – rata untuk nilai ujian statistika yang terdapat dalam daftar III     ( 1 ) halaman 45 . untuk keperluan ini kita buat tabel berikut :
Nilai
ujian
Frek .
fi
Tanda kel.
Xi
Produk
fixi
31 – 40
1
35,5
35,5
41 – 50
2
45,5
91,0
51 – 60
5
55,5
277,5
61 – 70
15
65,5
982,5
71 – 80
25
75,5
1.887,5
81 – 90
20
85,5
1.710,0
91 – 100
12
95,5
1.146,0
Jumlah
80
458,5
6.130,0
Catatan : frekuensi berbeda dari yang terdapat dalam daftar III ( 1 ) .
Dari tabel diatas didapat :   = 80 dan   = 6130,0  . Rumus IV ( 4 ) memberikan :
x̅ =  6130,0  =  76, 62
           80
Rata – rata nilai statistika 76 , 62
Dalam perhitungan dia atas , diambil tanda kelas yaitu setengah dari jumlah ujung bawah dan ujung atas , sebagai wakil tiap kelas interval . jadi , telah dianggap ada mahaiswa yang mendapat nilai 35,5 , ada dua orang yang mendapat nilai 45,5 dan begitu seterusnya .
Cara kedua untuk menghitung rata – rata dari data dalam daftar distribusi frekuensi ialah  dengan cara sandi atau cara  singkat . untuk ini ambil salah satu tanda  kelas , namakan x0. Untuk harga x0 ini diberi nilai sandi c = 0 . tanda kelas yang lebih dari x0 berturut – turut diberi harga sandi c =  - 1 , c = -  2 , c = - 3 , dan seterusnya. Tanda kelas yang lebih besar dari x0 berturut – turut mempunyai harga – harga sandi c = + 1 , c = + 2 , c = + 3 dan seterusnya . dengan ini semua jika p = panjang kelas interval yang sama besarnya , maka rata – rata dihitung oleh :
IV ( 5 ) …………………………. x̅ = X0 + P ( )
Contoh : untuk data nilai ujian matematika 80 mahasiswa kita perlu menyusun tabel berikut :
Nilai ujian
Fi
xi
ci
fi. ci
31 – 40
1
35,5
-4
-4
41 – 50
2
45,5
-3
-6
51 – 60
5
55,5
-2
-10
61 – 70
15
65,5
-1
-15
71 – 80
25
75,5
0
0
81 – 90
20
85,5
1
20
91 – 100
12
95,5
2
24
Jumlah
80
-           
-
9



Telah diambil  x0 = 75,5 dan nilai sandi c = 0 telah diberikan untuk ini . harga – harga  c =-1,  c  = -2 , c = -3 , c = -4 telah diberikan berturut – turut untuk tanda – tanda kelas 65,5 ; 55,5 ; 45,5 ; dan 35,5 . tanda kelas yang lebih besar dari x0 = 75,5 berturut – turut diberi harga c = 1 dan c = 2 . karena p = 10 , maka dengan rumus IV ( 5 ) , dengan = 9 , didapat :
x̅ = 75 ,5 + ( 10 ) . ( 9   ) = 76 , 62
                                 80
Hasil yang sama dengan ketika menggunakan rumus IV ( 4 ) . ini memang demikian , dan sebenarnya rumus IV ( 5 ) didapat dari rumus IV ( 4 ) dengan menggunakan rumus transformasi ci = xi – x0       berdasarkan sifat  :
  P
a.   Jika tiap nilai data xi ditambah / dikurangi dengan sebuah bilangan tetap d , maka rata –         rata x̅ untuk data baru bertambah / berkurang dengan d dari rata – rata data lama .
b.  Jika tiap data xi dikalikan dengan sebuah bilangan tetap d , maka rata – rata    untuk data baru menjadi d dikali rata – rata data lama .
B.         Rata – rata ukur
Jika perbandingan tiap dua data berurutan tetap atau hampir tetap , rata – rata ukur lebih baik dipakai daripada rata – rata hitung , apabila dikehendaki rata – ratanya . untuk data bernilai x1 , x2 ………….. xn , maka rata – rata ukur U di definisi sebagai :
                                    IV ( 6 )
Yaitu akar pangkat n dari produk ( x1 . x2 . x3 ………….. xn )
Contoh : rata – rata ukur untuk data x1 = 2, x2 = 4 dan  x3 = 8 adalah
  = 4
Untuk bilangan bernilai besar , lebih baik digunakan logaritma . rumus IV ( 6 )  menjadi :
IV ( 7 ) ………………………………………..
                                                                                     n
yakni logaritma rata – rata ukur U sama dengan jumlah logaritma tiap data dibagi oleh banyak data . rata – rata ukur U  akan didapat dengan cara mencari kembali logaritmanya .
contoh : sekedar menunjukkan penggunaan rumus IV ( 7 ) . kita ambil x1 = 2 , x2 = 4 dan x3 = 8 maka log 2 = 0, 310 ; log 4 = 0, 6021 dan log 8 = 0, 9031 .
log U = log2 + log 4 + log 8
                           3
Atau log U = 0,3010 + 0,6021 + 0,9031   = 0.6021
                                          3
Sehingga setelah dicari kembali akhir dari logaritma , rata – rata ukur U = 4
Untuk fenomena yang bersifat tumbuh dengan syarat – syarat tertentu seperti pertumbuhan penduduk , bakteri dan lain – lain , sering digunakan rumus yang mirip rata – rata ukur ialah :
IV ( 8 ) ………………… pt = pn ( 1 +      )     t  
                                                               100
Dengan = p0  = keadaan awal atau permulaan
 = pt = keadaan akhir
 = x̅ = rata – rata pertumbuhan penduduk setiap satuan waktu .
             = t = satuan waktu yang digunakan .
Contoh :
 Penduduk Indonesia pada akhir tahun 1946 ada 60 juta sedangkan akhir tahun 1956 mencapai 78 juta . untuk menentukan laju pertumbuhan rata – rata penduduk Indonesia tiap tahun maka kita pakai rumus IV ( 8 ) dengan t = 10 , p0 = 60 dan pt = 78 .
Maka didapat   : 
78 = 60  ( 1 +      ) 10
                       100
Atau 1, 8921 = 1, 7782 + ( 10 ).log ( 1 +      )
                                                                  100
Menghasilkan ( 1 +      )  = 1,0267 à    =    2, 67  
                                100
Laju pertumbuhan = 2 , 67 % tiap tahun .
Untuk data yang telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi  rata – rata ukurnya dihitung dengan rumus :
IV ( 9 ) ……………………
Dengan xi seperti biasa menyatakan tanda , fi = frekuensi yang sesuai dengan xi dan harga rata – rata ukur U dicari kembali dari log U .
Contoh : untuk data dalam daftar III ( 1 ) tentang nilai mata ujian 80 mahasiswa kita bentuk dalam tabel berikut :

Nilai ujian
Fi
Xi
Log xi
fi log xi
( 1 )
( 2 )
( 3 )
( 4 )
( 5 )
31 – 40
1
35,5
1,5502
1,5502
41 – 50
2
45,5
1,6580
3,3160
51 – 60
5
55,5
1,7443
8,7215
61 – 70
15
65,5
1,8162
27,2430
71 – 80
25
75,5
1,8779
46,9475
81 – 90
20
85,5
1,9320
38,6400
91 – 100
12
95,5
1,9800
23,7600
Jumlah
80
-           
-           
150,1782

Kolom 3 adalah tanda kelas , kolom 4 adalah merupakan logaritma dari kolom 3 dan kolom 5 adalah menyatakan hasil kali antara kolom 2 dan kolom 4 . didapat    = 150 ,1782 dan  = 80
Log U =  150 ,1782  = 1,8772
                       80
Yang menghasilkan U = 75 , 37
Nilai ujian itu mempunyai nilai rata – rata ukur  75 , 37 .




C.  Rata – rata harmonik

Rata – rata yang ketiga adalah rata – rata harmonik . salah satu penerapan rata – rata harmonik adalah pada analisis variansi dua jalan atau lebih dengan sel tak sama yang akan dibahas pada bab XIII . 
H =            n

 
Untuk data x1 , x2 , x3 , ………………. Xn dalam bentuk sampel berukuran n , maka rata – rata harmonic ditentukan oleh :
IV ( 10 ) ……………………………

Contoh :
H =                    n
       1 + 1  +  1 + 1 + 1 + 1
       3     5     6     6    71   12  
 
Rata – rata harmonic untuk kumpulan data : 3 , 5 , 6 , 6 , 7 , 10 , 12 , dengan n = 7 ialah :
                        
                                                                         = 5,87

Untuk data dalam distribusi frekuensi , maka rata – rata harmonic dihitung dengan rumus
Dengan xi = tanda kelas interval dan fi = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas xi .
Contoh : jika untuk nilai ujian dalam daftar III ( 1 ) dihitung rata – rata harmoniknya , maka tabel berikut diperlukan .
Nilai ujian
fi
xi
Fi/xi
1
2
3
4
31 – 40
1
35,5
0,0282
41 – 50
2
45,5
0,0440
51 – 60
5
55,5
0,0901
61 – 70
15
65,5
0,2290
71 – 80
25
75,5
0,3311
81 – 90
20
85,5
0,2339
91 – 100
12
95,5
0,1256
Jumlah
80
-
1,0819

            Kolom ( 3 ) merupakan tanda kelas dan kolom ( 4 ) adalah hasil bagi kolom ( 2 ) oleh kolom ( 3 ) dari tabel didapat  = 1, 0819   = 80 , sehingga dengan rumus IV ( 11 ) diperoleh :
     H =  8 0   = 73 , 94
           1,0819

Rata – rata harmonic untuk ujian tersebut adalah = 73 , 94 .
Untuk itu , data dalam daftar III ( 1 ) telah didapat  x̅ = 76,62 , U = 75,37 dan H = 73,94 . ternyata terdapat hubungan H < U < x̅ . secara umum berlaku : H < U < x̅

D.  Modus
Untuk menyatakan fenomena yang paling banyak terjadi atau paling banyak terdapat digunakan ukuran modus disingkat Mo . ukuran ini juga dalam keadaan tidak disadari sering dipakai untuk menentukan rata – rata data kuantitatif . jika kita dengar atau baca : kebanyakan kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit malaria , pada umumnya kecelakaan lalu lintas karena kecerobohan pengemudi . maka ini tiada lain masing – masing merupakan modus penyebab kematian dan kecelakaan lalu lintas .
Modus dari sekelompok nilai X1 , X2 , X2 , X3 , ……….. Xn adalah nilai ( atau nilai – nilai yang tertinggi ) . berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa modus adalah nilai       ( nilai – nilai ) yang frekuensi tinggi . dalam hal semua data mempunyai frekuensi kemunculan yang sama , maka dikatakan bahwa tidak ada data yang mempunyai frekuensi yang tertinggi . dengan demikian dalam hal semua data mempunyai frekuensi yang sama , maka tidak ada modus pada kumpulan data tersebut .  
Modus untuk data kuantitatif ditentukan dengan jalan menentukn frekuensi terbanyak diantara data itu .
Contoh : terdapat sampel dengan nilai – nilai data :
12 , 34 , 14 , 34 , 28 , 34 , 34 , 28 , 14 . dalam tabel dapat disusun seperti dibawah ini .
Frekuensi terbanyak ialah f =  4 , terjadi untuk data bernilai 34 . maka modus Mo = 34 .

Xi
fi
12
1
14
2
28
2
34
4
 Jika data kuantitatif  telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi , modusnya dapat ditentukan dengan rumus :
IV ( 13 ) ……………… Mo = b + p (  )
Dengan b = batas kelas modal , ialah kelas interval dengan frekuensi terbanyak .
 P = panjang kelas modal
 b1= frekuensi modal dikurangi frekuensi kelas interval dengan tanda kelas yang lebih   kecil sebelum tanda kelas normal .
b2= frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval dengan tanda kelas yang lebih besar sesudah tanda kelas modal .
jika rumus IV ( 13 ) digunakan untuk mencari modus Mo dari data dalam daftar III ( 1 ) , maka dari daftar berikut diperoleh :
daftar IV ( 2 )
Nilai ujian
f1
31 – 40
1
41 – 50
2
51 – 60
5
61 – 70
15
71 – 80
25
81 – 90
20
91 – 100
12
Jumlah
80

Kelas modal = kelas kelima
b                   = 70, 5
b1                 = 25 – 15 = 10
b2                 = 25 – 20 = 5
p                   = 10 .
Mo = 70,5  + (10) (  )
Mo = 77,17
Modus , dibandingkan dengan ukuran lainnya , tidak tunggal adanya . ini berarti sekumpulan data bisa mempunyai lebih dari sebuah modus .
Contoh :
Diberikan data seperti dibawah ini .
xi
Fi
75
8
60
7
92
8
64
7
35
2

Dapat dilihat bahwa ada masing – masing bernilai 75 dan 92 . ini menyatakan bahwa modusnya ada dua , ialah 75 dan 92 .
E.     MEDIAN
Median disebut juga nilai tengah karena letak median ada ditengah – tengah kumpulan data  kalau data tersebut diurutkan . dengan perkataan lain , median adalah suatu nilai yang membelah sekelompok data menjadi dua bagian yang cacahnya ( banyaknya ) sama.
Untuk membicarakan median , diperkenalkan lambing X (i) , yang berarti nilai pada urutan ke – i setelah datanya diurutkan dari kecil ke yang besar .
Median menentukan letak data setelah data itu disusun menurut urutan nilainya . kalau nilai median sama dengan Me , maka 50% dari data harga – harganya paling tinggi sama dengan Me sedangkan 50% lagi harga – harganya paling rendah sama dengan Me .
Jika banyak data ganjil , maka median Me , setelah data disusun menurut nilainya , merupakan data paling tengah . 
Contoh :
Sampel dengan data = 4 , 12 , 5 ,7 ,8 , 10 , 10 setelah disusun menurut nilainya menjadi : 4 , 5 , 7 , 8 , 10 , 10 , 12 . data paling tengah bernilai 8 jadi Me = 8 .
Untuk sampel ukuran genap setelah data disusun menurut urutan nilainya , mediannya sama dengan rata – rata hitung dua data tengah .
Contoh :
Diberikan sampel dengan data 4 , 12 , 7 , 8 , 14 , 16 , 19 , 10 , 8 . setelah disusun menurut nilainya menjadi  : 7 , 8 , 8 , 10 , 12 ,14 , 16 , 19 . maka nilai tengahnya ialah 10 dan 12 ; sehingga median Me = ½ ( 10 + 12 ) = 11 .
Untuk data yang telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi , mediannya dihitung dengan rumus :
Me = b + p (  )
Dengan b = batas bawah nilai median
              p = panjang kelas median
              n = ukuran sampel atau banyak data
              F = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih dari tanda kelas median .
              f = frekuensi kelas median .



Daftar pustaka

Sudjana .1996. metoda statistika . Bandung . Tarsito .
Budiyono . 2009 .statistika untuk penelitian . Surakarta . UNR press edisi kedua .
Pa.suryadi . 1980 . pendahuluan teori kemungkinan dan statistika . Bandung