SELAMATKAN
BUMI DENGAN KANTONG PLASTIK
Oleh
: Rosdiana Dwijayanti
ABSTRAK
Sebagai seorang
anak kos, Terkadang gaya hidup kita sering salah kaprah, berlagak hidup benar
tapi ternyata malah bikin masalah. Salah satu contohnya adalah urusan belanja.
Mungkin kita semua merasa akan lebih
irit dan praktis kalau segala keperluan yang dibeli adalah yang berbentuk
sachet. Seperti kopi, detergen , mie instan , shampo dan yang lainnya. Memang
akan terkesan lebih simple dan hemat. Tapi tahukah kalian bahwa hal yang tertanam
dalam pikiran kita itu salah. Membeli kemasan sachet ternyata lebih boros
karena akan lebih banyak meningkatkan sampah plastik. Membeli kemasan sachet
juga ternyata bisa mencelakai orang banyak dan juga bumi kita ini. Karena
kantong plastik telah menjadi sampah yang berbahaya dan sulit dikelola.
Diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk membuat sampah bekas
kantong plastik itu benar-benar terurai. Dibutuhkan waktu 1000 tahun agar
plastik dapat terurai oleh tanah secara terdekomposisi atau terurai dengan
sempurna. Ini adalah sebuah waktu yang sangat lama. Saat terurai,
partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air tanah. Jika dibakar, sampah plastik akan menghasilkan asap beracun
yang berbahaya bagi kesehatan yaitu jika proses pembakaranya tidak
sempurna, plastik akan mengurai di udara sebagai dioksin. Senyawa ini sangat
berbahaya bila terhirup manusia. Dampaknya antara lain memicu penyakit kanker,
hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf dan memicu depresi. Kantong
plastik juga penyebab banjir, karena menyumbat saluran-saluran air, tanggul.
Sehingga mengakibatkan banjir bahkan yang terparah merusak turbin waduk.
Bayangkan kalo kita membeli satu pack produck dengan kemasan sachet, sudah
berapa kantong sachet plastik yang kita sampahkan?? Dan parahnya kantong
plastik dibagikan secara gratis!!!
I.
PENDAHULUAN
Menggunakan kantong plastik menjadi hal
jamak di negeri ini. Belanja di pasar tradisional yang becek, mencari kebutuhan
harian di toko-toko kelontong pinggir jalan, sampai berbelanja di supermarket
nan megah, kantong plastik setia menyertai. Ya, kantong plastik sudah menjadi
‘kebutuhan pokok’ baik oleh produsen maupun konsumen, penenteng barang
belanjaan. Selain karena sifatnya yang praktis, kantong plastik juga berkesan
murah meriah. Dengan kata lain pedagang/produsen tidak harus merogoh kocek
terlalu dalam untuk menyediakan kantong jenis ini. Merekapun bisa
memberikan kantong ini secara cuma-cuma pada konsumen tanpa dibebani biaya
tambahan sebagai bagian dari pelayanan. Dengan maraknya penggunaan kantong
plastik, tidak mengherankan jika dalam satu hari saja dunia ini bisa
menghasilkan sampah plastik dalam jumlah yang sangat fantastis. Disinyalir ada
sekitar 1 trilyun kantong plastik yang digunakan oleh masyarakat seluruh dunia
dalam satu tahunnya. Dari angka tersebut, setiap individu rata-rata menyumbang
sekitar 170 kantong plastik pertahun. Jumlah yang cukup besar tentunya untuk
membungkus sebuah kota dengan plastik. Produksi kantung plastik menggunakan
banyak sekali sumber daya alam padahal sebagian besar malah berakhir menjadi
sampah yang meracuni tanah, menyumbat saluran air dan membunuh jutaan makhluk
laut yang salah mengira plastik sebagai makanan. Secara global seluruh dunia,
kira-kira 1 trilliun kantung plastik dibuat dan dibuang setiap tahunnya atau lebih dari 2 juta kantung plastik dibuang setiap
menit-nya. Untuk memproduksi plastik, setiap satu tahunnya
diperlukan 12 juta barel minyak dan 14 juta batang pohon, yang mengemisikan gas
rumah kaca ke atmosfer. Baru 1% plastik didaur-ulang, padahal plastik baru bisa
terurai 500 s/d 1,000 tahun kemudian. Sekitar 3% plastik di dunia berakhir
sebagai sampah yang terapung-apung di permukaan air, betapa tragisnya.
Kantong plastik sebagian besar terbuat dari
polyethene (PE), suatu bahan thermoplastic
yang tidak mudah terurai oleh alam. Sampah kantong dari jenis ini baru dapat
terurai secara sempurna setelah terendap di alam selama kurun waktu 500 – 1000
tahun. Hanya sekitar 1% kantong plastik bekas yang dapat didaur ulang, terutama
karena sulitnya memilah berbagai jenis plastik yang digunakan dan tak
sebandingnya biaya daur ulang dengan harga jualnya, sehingga hampir semua
kantong plastik dipastikan terbuang menjadi sampah. Selama kurun waktu
tersebut, ketika sampah kantong plastik mengendap di tanah, terapung-apung di
air, maka berandil besar dalam perusakan lingkungan, menghambat peresapan air,
mengurangi kesuburan tanah, menyebabkan terjadinya banjir dan menyumbang
percepatan pemanasan global.
Mengurangi Kantong Plastik.
Menggunakan kantong plastik, memang tidak
dilarang. Namun berusaha mengurangi penggunaan yang berlebihan agaknya perlu
mendapatkan dukungan. Betapa selama ini penggunaan kantong plastik sering
berlebihan hanya dalam sekali tempo belanja. Selain tidak ekonomis, juga
memberi sumbangan pada besarnya sampah plastik di bumi ini. Di negara-negara
maju, penggunaan kantong plastik pada toko dan supermarket mulai dibatasi dan
digantikan dengan kantong kain. Eropa, Amerika, dan sebagian Asia, pusat
perbelanjaan mereka sudah menerapakan prinsip no
plastic bag give away. Ritel besar di negara tersebut sudah
memiliki kebijakan tertentu sehubungan dengan meminimalisir penggunaan kantong
plastik. Di Inggris misalnya, konsumen harus membayar sekian sen untuk menebus
tas plastik sebagai tempat membawa barang belanjaan, sebaliknya bila membawa
tas sendiri, konsumen mendapatkan bonus potongan harga sekian persen dari
jumlah yang harus dibayar. Begitu juga yang terjadi di Belanda. Di San
Francisco (AS), toko dan supermarket yang masih menyediakan kantong plastik
akan dikenakan denda $100 atau sekitar Rp 1 juta (kurs US$ 1 = Rp 10.000) untuk
pelanggaran pertama kali. Denda tersebut akan meningkat menjadi $200 pada
pelanggaran berikutnya. Bahkan untuk pelanggaran yang ketiga kalinya akan
dikenai denda sebesar $500.
Sedangkan cara yang dilakukan oleh
toko-toko/supermarket di Australia guna meminimalisir penggunaan kantong
plastik adalah dengan ‘menjual’ tas belanja dari kain dengan harga yang
sangat murah dan bisa dipakai berkali-kali. Bahkan di Perancis, supermarket
“memaksa” konsumennya untuk membeli tas kain ramah lingkungan. Indonesia
memiliki cara tersendiri dalam menyiasati hal ini. Masyarakat kita mengenal
pembungkus dari bermacam daun dan mengenakan tas belanja berbahan alami.
Seperti tas belanja dari jerami, rotan, pelepah pohon pisang dan lain-lain. Di
beberapa tempat, seperti pasar tradisional, ketika konsumen membeli dalam
jumlah banyak, penggunaan kardus sebagai tempat belanja menjadi hal yang lazim.
Selain lebih mudah didaur ulang oleh alam, menggunakan kardus juga terlihat
lebih eye catching. Bahkan
beberapa ritel modern atau supermarket terkemuka juga sudah menyediakan kantong
kain untuk menggantikan kantong plastik. Meski tidak diberikan secara gratis,
kantong kain ini bisa digunakan berkali-kali dan berharga murah.
Kepedulian semua pihak.
Sayangnya, di Indonesia belum semua toko
atau supermarket memberikan kebijakan sejenis. Dan tidak semua konsumen juga
yang dapat menerima pengertian seperti ini. Meminimalisir penggunaan kantong
plastik, diperlukan kepedulian semua pihak. Konsumen dapat memberikan
kontribusinya dengan membawa tas/kantong sendiri ketika hendak berbelanja. Di
pasar tradisional hal ini bisa saja dilaksanakan seperti yang pernah dilakukan
orang-orang tua dulu, sedangkan bila di supermarket atau ritel modern, memang
akan menjadi hal yang kurang lazim. Namun untuk kepedulian lingkungan tidak ada
salahnya, paling tidak konsumen dapat menolak penggunaan kantong plastik secara
berlebihan. Sedangkan pihak produsen, seperti yang sudah dilakukan oleh
beberapa supermarket ternama di Indonesia, dengan menyediakan kantong kain
murah yang dapat dipakai berkali-kali. Kebijakan manajemen dengan menawarkan
pilihan kemasan pada konsumen untuk menggunakan kardus karton akan turut
meminimalisir penggunaan kantong plastik. Menyelamatkan bumi dari sampah
plastik menjadi tanggung jawab semua. Menggunakan kantong plastik memang bukan
barang haram, namun kepedulian semua pihak untuk meminimalisir penggunaannya
akan sangat membantu dalam menghambat pemanasan global yang sekarang ini banyak
dibicarakan.
Cina Melarang Penggunaan Kantong Plastik
Melalui stasiun di Cina, pemerintah
mengumumkan pemberlakuan larangan penggunaan kantong plastik tersebut dan
memberlakukan denda bagi pelanggarnya. Berita ini dapatkan dari salah satu
Kompasianer dalam postingnya Cina melarang penggunaan kantong plastik gratis. Indonesia kapan?
Silahkan menuju kesana untuk informasi selengkapnya. Dijelaskan disana bahwa dengan pelarangan
tersebut diperkirakan akan menyelamatkan bumi dari 24 milyar kantong plastik
selama 3 tahun dari tahun 2008 (Pelarangan tersebut sudah diujicoba sejak
2008). Selama 3 tahun itu diperkirakan bisa mencapai berat 600 ton plastik.
Plastik seberat itu sama aja dengan menghemat 3,6 juta ton cadangan minyak atau
5 juta ton batu bara standar dan mengurangi emisi karbon lebih dari sepuluh
juta ton. Angka yang cukup fantastis bukan?
Kalau para Peduli Lingkungan ada yang menganggap itu
bukan solusi pencemaran dan tumpukan limbah plastik di Indonesia, memang di
negeri kita belum bisa. Namun kita bisa meniru pemerintah Cina ini yaitu
mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan kantong plastik ini. Di Cina
setiap aktivitas berbelanja sudah tidak lagi mempergunakan kantong plastik lagi
untuk membawa barang belanjaan. Namun dari rumah sudah membawa tas
sendiri-sendiri. Jika memang terpaksa harus menggunakan kantong plastik, merek
harus membeli sendiri karena pedagang tidak lagi menyediakan kantong plastik
secara gratis lagi. Dan harga kantong palstik disana kemungkinan besar
mengalami kenaikan daripada sebelum diberlakukan larangan tersebut. Bagi
negara-negara yang sudah maju, para warga negaranya sudah paham betul akan
dampak buruk dari plastik ini. Mereka dengan suka rela mengubah kebiasaan
menggunakan kantong plastik dengan kantong kertas, atau yang lainnya. Seperti
cerita dari mas Andre pada posting Ayo kurangi penggunaan tas plastik. Saat di supermarket bertemu
seorang bule yang memarahi kasir karena memberikan kantong plastik sesaat
setelah membayar. Si bule meminta untuk diganti dengan tas kertas saja. Budaya
yang sangat baik bukan jika diterapkan disini? Meskipun sudah menjadi kebiasaan
selalu meminta ataupun diberikan kantong plastik cuma-cuma oleh pedagangnya
saat membeli sesuatu, Namun pasti kita bisa membiasakan untuk selalu menolaknya
digantikan dengan tas yang kita miliki, atau wadah lainnya.
II.
PEMBAHASAN
Bukan hanya
melalui kantong plastic kita dapat menyelamatkan bumi kita. Banyak hal- hal
sederhana yang lain untuk menyelamatkan bumi yang kita tempati ini. Lihatlah
banjir yang sering melanda Indonesia. Banjir di Australia yang cukup
menggemparkan dunia. Lubang yang tiba- tuba saja muncul dibandung, lubang bulat
raksasa (sinkhole) di China. Rasakan perubahan iklim, cuaca yang tidak menentu.
Tidak jelas kapan musim kemarau dan kapan musim hujan. Karena di musim kemarau
kadang hujan, musim hujan kadang panaas. Hutan gundul karena penerbangan liar atau
terjadi kebakaran. Sederetan masalah tersebut tidak bias diatasi hanya dengan
membalikkan telapak tangan. Perlu beberapa langkah yang harus dilakukan.
Mulailah dari langkah terkecil yang bias kita lakukan. Tingkatkan lesedaran dan
kecintaan terhadap lingkungan, agar pulau hijau ini tetap menghijau.
Berikut beberapa
langkah sederhana yang diharapkan bisa selamatkan dunia dari ancaman global
warming:
1. Mulai
diet kantong plastic dari sekarang
Ada
sebuah kalimat di tas teman saya, hanya kalimat sederhana tapi mengena.
“A plastic pollution is one of the most harmful pollutions in our oceans today. Reduce, reuse and recycle and use cloth bags for shopping instead of plastic”. Terjemahan bebasnya sekarang ini polusi plastik adalah salah satu polusi yang merusak lingkungan terbesar di lautan kita. Kurangi, pakai lagi, daur ulang dan memilih plastik dari kain untuk berbelanja daripada plastik. Karena plastik susah diurai. Saat akan berbelanja, kita siapkan dulu tas dari kain dan tolak jika diberi tas plastic
“A plastic pollution is one of the most harmful pollutions in our oceans today. Reduce, reuse and recycle and use cloth bags for shopping instead of plastic”. Terjemahan bebasnya sekarang ini polusi plastik adalah salah satu polusi yang merusak lingkungan terbesar di lautan kita. Kurangi, pakai lagi, daur ulang dan memilih plastik dari kain untuk berbelanja daripada plastik. Karena plastik susah diurai. Saat akan berbelanja, kita siapkan dulu tas dari kain dan tolak jika diberi tas plastic
2. Buang
sampah pada tempatnya
“Rubbish
pollution can have harmfull effects on marine life. To avoid polluting the
ocean, reduce, reuse and recycle your rubbish items and always place your
rubbish in the bin”. Sekarang ini sudah digalakkan program I love Jakarta
Clean. Sampah kering dan basah dipisah. Sampah plastik didaur ulang menjadi
pernak-pernik unik seperti tempat tisu, tas tangan dll. Jangan sekali-kali
membuang sampah di laut. Apalagi buang puntung rokok, minyak. Karena akan
merusak biota laut. Sepertinya sepele tapi efeknya luar biasa jika kita buang
sampah dilaut.
Misalnya
rumput laut yang telah ditanam tidak bisa dipanen karena terkena racun. Saya
pernah wawancara santai dengan Pak Soleh di pulau Semak Daun Kepulauan
Seribu. Beliau bercerita banyak tentang
penyebab gagal panen rumput laut. Diprediksi karena tercemar, seperti terkena
hama (baca : kutu air) tiba-tiba memutih dan terkelupas lalu lepas. Sebelumnya
saya sempat melihat sampah kardus, plastik, puntung rokok di dasar laut di
Pulau Pramuka.
3. Tanam
Pohon
Satu
pohon selamatkan dunia. Kedengarannya terlalu berlebihan. Tapi efeknya untuk
dunia sungguh luar biasa. Ada pernyataan salah satu teman, jika Amerika saja
yang menggalakkan tanam sejuta pohon. Bisa selamatkan dunia dari ancaman global
warming. Tentunya bukan Amerika saja. Kita semua yang sudah mulai merasakan
efek global warming, hendaknya mendukung program tanam sejuta pohon. Kalau kita
bingung memulainya, mari gabung dengan komunitas-komunitas pecinta lingkungan.
Biasanya mereka punya program khusus demi tercapainya penanaman satu juta
pohon. Misalnya : Greenpeace, Wapalhi, Wanadri.
4. Kurangi
Penggunaan Kertas (Pepper less)
Untuk
mendapatkan bahan baku kertas (pulp atau bubur kayu) harus menebang pohon
terlebih dahulu. Jika penggunaan kertas meningkat otomatis penebangan pohon
juga meningkat. Untuk menguranginya, tentu kita harus mengurangi penggunaan
kertas. Sebisa mungkin menggunakan sistem perkantoran yang pengarsipannya
berupa softcopy.
5. Hindari
membeli produck dengan kemasan sachet. Prtimbangkan untuk membeli kemasan besar
dibandingkan kemasan sachet, walopun selisih harga, paling tidak produck yang
kita beli lebih awet dan tidak cepat habis
6. Selalu
bawa kantong sendiri saat berbelanja ke supermarket sehingga meminimalisir
jumlah kantong plastik yang kamu rencanakan sebagai sampah dibumi.
Langkah
Sederhana Lainnya Dengan Menjalankan Resolusi Greenpeace Berikut:
ü Mengurangi
makan daging atau jadi vegetarian
ü Pilihlah
buah dan sayuran local
ü Bersepeda
ria
ü Rumah
yang lebih efisien. Dengan hemat air dan listrik.
ü Menggunakan
peralatan rumah yang bebas racun
ü Gunakan
peralatan elektronik sepanjang tahun
ü Habiskan
banyak waktu di luar ruangan
III.
PENUTUP
Pada
intinya dunia akan selamat dari efek global warming jika siapapun peduli dengan
lingkungan. Dengan ringan melakukan langkah-langkah sederhana tersebut di atas.
Mulai dari diri sendiri, mengajak orang lain melakukan hal yang sama. Niscaya
dunia kan terjaga.
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Setiabudi ,
danang .2010.”selamatkan bumi dari monster plastic” ,
(http://danangsetiabudi.wordpress.com,
diakses 11 juni 2011 )
Kompas , 7
Desember 2011. “ selamatkan bumi dari
penggunaan plastic “, hlm. 10.
Soetomo,budi.1998.
Lingkungan hijau. Jakarta: Pustaka Rakyat
ARTIKEL
Selamatkan Bumi dengan Kantong Plastik
Disusun guna Memenuhi Tugas
mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen pengampu : Ikha
Listiyani
Disusun Oleh:
Rosdiana Dwijayanti
10120310
3F
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI SEMARANG
2011
![]() |