Kamis, 05 April 2012

tugas cerita bahasa jawa tokoh BIMA



Kisah tokoh Bima
Bima atau Bimasena dalam bahasa sansekerta artinya kurang lebih “mengerikan”, dia adalah saudara kedua dari para Pandawa, dan juga menjadi salah satu tokoh utama dalam cerita Mahabarata. Bima adalah putra kedua dari Dewi Kunti dan Pandu.Ia dikenal sebagai tokoh Pandawa yang kuat, bersifat kasar dan menakutkan musuh, namun sebenarnya dia memiliki hati yang lembut. Bima memiliki sifat yang baik juga, dia setia pada satu sikap, Bima tidak suka berbasa-basi dan tidak pernah bersikap mendua serta tidak pernah menjilat ludahnya sendiri.
Bima juga memiliki nama lain Werkudara, dalam bahasa Sansekerta dieja vr(ri)kodara, berarti “perut serigala”, hal ini merujuk pada kegemarannya makan. Bima juga memiliki julukan Bhimasena yang berarti panglima perang.
Dalam Wiracarita Mahabarata bagian pertama atau Adiparwa, dikisahkan bahwa Pandu mendapat kutukan dari Resi Kindama. Resi Kindama mengutuk Pandu, bahwa ia akan mati ketika mengawini istrinya, karena pada saat itu, tanpa sengaja Pandu membunuh Resi Kindama saat ia bersenggama dengan istrinya dalam wujud sepasang rusa. Oleh karenanya untuk mendapat keturunan, Kunti istri pandu yang menguasai mantra Adityahredaya, berseru pada Bayu, dewa angin. Dari hubungan Kunti dengan Bayu, lahirlah Bima. Atas anugerah Bayu, Bima menjadi orang yang paling kuat dan penuh kasih saying.
Sejak kecil kekuatan Bima tidak ada tandingannya. Dengan kekuatannya itu, dia sering menjahili para sepupunya, yaitu Korawa. Karena kejahilan Bima, salah satu Korawa yaitu Duryodana menjadi sangat benci dengan Bima, bahkan  dia memiliki niat untuk membunuh Bima. Hingga pada suatu hari, ketika para Korawa dan Pandawa pergi bertamasya di daerah sungai Gangga,Duryudana menyuguhkan makanan dan minuman kepada Bima yang sebelumnya sudah dicampur racun. Karena Bima memiliki sifat yang tidak suka mencurigai orang, ia langsung saja memakan makanan yang diberikan oleh Duryodana. sesaat setelah memakan makanan itu, Bima pingsan, tubuhnya kemudian diikat kuat-kuat dengan menggunakan tanaman menjalar ,kemudian dihanyutkan ke sungai Gangga dengan rakit oleh Duryodana. Saat rakit yang membawa Bima sampai di tengah sungai, ular-ular yang hidup di sekitar sungai mematuk badan Bima. Tapi justru patukan ular-ular itu menjadi penangkal bagi racun yang dimakan Bima. Setelah sadar, Bima langsung melepaskan ikatannya, kemudian membunuh ular-ular yang mematuknya.  Beberapa ular menyelamatkan diri dan menghadap kepada Rajanya, yaitu Antaboga. Mendengar berita yang disampaikan oleh anak buahnya, bahwa putera Pandu yang bernama Bima telah membunuh anak buahnya, ia segera menyambut Bima dan memberi minuman ilahi. Bima meminum beberapa mangkuk dan tubuhnya menjadi kuat. Bima tinggal di Istana Naga Basuki selama delapan hari. Duryudana sangat kesal melihat orang yang sangat dibencinya pulang dalam keadaan masih hidup.
Seperti Pandawa yang lain, Yudistira belajar ilmu agama, hukum, dan tata Negara kepada Resi Krepa bersama-sama dengan saudara-saudara sepupu mereka yaitu Korawa. Dan setelah itu mereka belajar ilmu perang kepada Drona. Bima dalam hal ini lebih memusatkan untuk menguasai ilmu menggunakan Gada seperti Duryodana. Bima dan Duryodana mejadi murid Baladewa,yaitu saudara Kresna yang sangat mahir dalam menggunakan senjata gada. Meski antara Pandawa dan Korawa bersaudara, Korawa terutama Doryudana yang merasa iri kepada Pandawa memiliki rencana untuk membunuh para Pandawa dan juga ibunya Kunti. Rencana itu dilakukan saat Bima dan para Pandawa serta ibunya berlibur di Waranawata. Korawa menyuruh Purocana untuk menyediakan rumah penginapan yang sengaja dibuat dengan bahan seperti lilin sehingga mudah terbakar. Namun Bima dan Yudistira mengetahui rencana itu.
Suatu malam, Kunti mengadakan pesta, dan seorang wanita yang dekat dengan Purocana turut hadir dalam pesta itu bersama dengan kelima orang puteranya. Saat Purocana dan wanita beserta kelima anaknya tertidur karena makanan yang disuguhkan oleh Kunti, Bima segera menyuruh ibu dan saudara-saudaranya untuk melarikan diri melewati terowongan yang telah dibutanya. Bima kemudian membakar rumah itu, dan karena ibu dan saudara-saudaranya lelah dan mengantuk, maka Bima membawa mereka sekaligus dengan kekuatan dahsyatnya. Ujung terowongan yang dibuat Bima ternyata sampai di sungai Gangga. Mereka kemudian diantar menyeberangi sungai oleh pesuruh Widura, yaitu mentri Hastinapura. Setelah menyeberangi sungai Gangga, mereka melewati Sidawata dan sampai Hidimbawana Dalam perjalanan yang melewati jarak kira-kira tujuh puluh dua mil itu Bima memikul semua saudaranya dan juga ibunya. Di Hidimbawana, Bima bertemu dengan Hidimbi atau dalam pewayangan jawa biasa disebut Arimbi. Arimbi jatuh cinta kepada Bima, namun kakaknya, Hidimba yang merupakan Raja kerajaan Pringgodani marah karena Arimbi jatuh cinta kepada seseorang yang seharusnya menjadi santapan mereka. Pada saat itu, perkelahian antara Bima dan Hidimba pun tidak dapat dielakan. Dan dalam pertarungan itu, Bima memenangkannya dan berhasil membunuh Hidimba.
Bima kemudian menikah dengan Hidimbi, mereka dikaruniai seorang putera yang diberi nama Gatotkaca. Dalam pewayangan Indonesia, Gatotkaca sangat terkenal dan mendapat julukan “Otot Kawat tulang Besi. Bima juga mempunyai seorang putera dari Dropadi yang merupakan istri para Pandawa yang bernama Sotasoma. Bima juga menikah dengan puteri Balandhara dari kerajaan Kashi dan memiliki anak bernama Sarwaga. Semua putera Bima ikut dalam pertempuran besar di Kurukhsetra, namun semuanya gugur dalam pertempuran itu. Bima dan Para pandawa, ibu serta istri dan anaknya meninggalkan Hidimbawana dan mereka tiba di sebuah kota yang bernama Ekacakra. Di Ekacakra, mereka tinggal di rumah keluarga brahmana. Suatu hari , brahmana memberitahu bahwa ada seorang raksasa yang bernama Bakasura meneror kota Ekacakra. Raksasa itu berhenti mengganggu kota, namun dia meminta kepada penduduk Ekacakra untuk mempersembahkan makanan yang enak dan seorang manusia setiap minggunya. Dan kebetulan, kini giliran keluarga brahmana. Karena merasa berutang budi, maka Kunti menyerahkan Bima yang nantinya akan membunuh raksasa Baka.
Pada hari yang telah ditentukan, Bima datang ke gua Bakasura dengan membawa segerobak makanan. Namun, ia justru menghabiskan semua makanan yang seharusnya ia persembahkan untuk Bakasura. Bima kemudian memanggil-manggil Bakasura mengajak duel dengannya. Tentu sanga raksasa, yang merasa dihina sangat marah dan menerjang Bima. Terjadilah pertarungan yang sengit antara Bima dan Bakasura. Namun, akhirnya Bima berhasil meremukkan tubuh Bakasura dan menyeretnya sampai pintu gerbang Ekacakra. Setelah beberapa lama tinggal di Ekacakra, Pandawa akhirnya memutuskan untuk pergi ke Kampilya, ibukota kerajaan Pancahala. Dalam pertempuran di Kurukhsetra (Bharatayuddha), Bima berperan sebagai komandan tentara Pandawa. Dan dalam pertempuran itu, Bima berhasil membunuh Duryodana dengan senjata Gadanya. Bima yang sudah bersumpah akan mematahkan paha Duryodana,seketika ia mengayunkan gadanya kearah paha Duryodana. Duryodana tewas, Baladewa marah dan ingin membunuh Bima, namun Kresna berhasil menenangkan Baladewa, karena Bima hanya ingin menjalankan sumpahnya.
Bima dalam pewayangan Jawa memiliki kisah yang sedikit berbeda. Bima memiliki sifat gagah, berani, kuat, tabah, patuh dan jujur, serta menganggapnya semua orang sederajat. Oleh karena itu, Bima tidak pernah menggunakan bahasa halus (krama inggil) atau duduk di depan lawan bicaranya. Bima berbicara dengan halus dan duduk ketika berbicara dengan lawan bicaranya ketika dia menjadi seorang resi dalam lakon Bima Suci, dan ketika ia bertemu dengan Dewa Ruci. Bima memiliki keahlian dalam memainkan senjata gada dan memiliki berbagai macam senjata, antara lain Kuku Pancanaka, gada Rujakpala, Alugara, Bargawa dan Bargawasta. Bima juga memiliki beberapa ajian, antara lain  Aji Bandung Bandawasa, Aji Ketuglindhu, Aji Bayubraja, dan Aji Blabak Pangantol-antol. Bima juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran  yaitu Gelung Pudaksategal, Pupuk Jarot Asem, Sumping Surengpati, Kelatbahu Candrakirana ikat pinggang Nagabanda dan Celana Cinde Udaraga. Sedangkan beberapa anugerah Dewata yang diterimanya antara lain: , Kampuh atau Kain Poleng Bintuluaji, Gelang Candrakirana, Kalung Nagasasra, Sumping Surengpati dan Pupuk Pudak Jarot Asem. Dalam pewayangan jawa, Bima memiliki tiga orang istri dan tiga orang anak. Dari Dewi Nagagini, dikaruniai putera bernama Arya Antareja. Dari Dewi Arimbi, berputera raden Gatotkaca. Dan dari Dewi Urangayu berputera Arya Antasena. Dan menurut versi Banyumas Bima memiliki istri satu lagi yaitu Dewi Rekawati dan berputera Srenggegini. Bima memiliki banyak nama lain antar lain, Bratasena, Balawa, Birawa, Dandungwacana, Nagata, Kusumayuda, Korawa, Pandusiwi, Bayusuta,Wijasena, dan Jagal Abilawa. Bima mati dalam perjalan ke puncak gunung Himalaya bersama para Pandawa dan Dropadi. Dan Arwahnya mencapai kedamaian di surga.


.


CERITA PEWAYANGAN MAHABRATA
BIMA
Disusun guna Memenuhi Tugas mata kuliah Bahasa Jawa
Dosen pengampu : Alfiah M,pd
LOGO
Disusun Oleh :
Rosdiana Dwijayanti
10120310
3F

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI SEMARANG
2011